BUSINESSTECH

Digadang Jadi Marketplace, TikTok Berpotensi Menjadi Raksasa Baru E-commerce di Indonesia

Industri e-commerce di Indonesia telah lama menjadi medan pertempuran antara dua pemain besar, yaitu Shopee dan Tokopedia, yang masing-masing menguasai sekitar 35 persen pangsa pasar. Mereka telah membangun dominasi mereka dengan strategi pemasaran yang kuat, berbagai promosi menarik, dan berbagai kemudahan yang ditawarkan kepada pelanggan mereka. Namun, berita terbaru telah mengguncang pasar ini. TikTok, yang awalnya hanya dikenal sebagai platform media sosial untuk video pendek, kini merencanakan ekspansi besar-besaran ke dunia e-commerce melalui TikTok Marketplace.

Pertanyaannya adalah, apakah TikTok benar-benar memiliki potensi untuk menjadi pemain besar dalam industri e-commerce Indonesia? Mari kita telaah lebih dalam.

Potensi TikTok Marketplace

TikTok telah menjadi fenomena global dengan lebih dari 1 miliar pengguna di seluruh dunia. Keunggulan utamanya adalah pengenalan merek yang kuat karena popularitasnya sebagai media sosial. Ini memberikan TikTok keunggulan awal dalam merambah dunia e-commerce. Namun, untuk sukses di industri ini, TikTok harus berinvestasi secara besar-besaran dalam branding, yang tentu saja akan memerlukan biaya yang tinggi.

Gross Merchandise Value (GMV) adalah salah satu ukuran kunci dalam e-commerce, dan TikTok memiliki rencana ambisius untuk menggandakan GMV-nya dari $4,4 miliar menjadi $15 miliar pada tahun 2023. Ini termasuk pengembangan layanan e-commerce di berbagai pasar, termasuk Indonesia.

Pada bulan Juni 2023, CEO TikTok, Shou Zi Chew, mengumumkan investasi miliaran dolar AS di Indonesia dan seluruh Asia Tenggara. Ini menunjukkan keseriusan TikTok dalam meraih potensi besar di pasar e-commerce regional.

Tantangan TikTok

Namun, apakah TikTok benar-benar dapat merebut pasar dari Tokopedia dan Shopee yang telah mapan? Saat ini, TikTok Shop hanya memiliki pangsa pasar sekitar 5 persen di Indonesia, menurut laporan dari Momentum Works, sebuah perusahaan riset berbasis di Singapura. Ini adalah pangsa pasar yang relatif kecil jika dibandingkan dengan dua pemain besar lainnya.

Meskipun demikian, laporan tersebut juga memperkirakan bahwa pangsa pasar TikTok Shop akan meningkat pesat pada tahun 2023, menjadi 13,2 persen dari 4,4 persen pada tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa TikTok telah mampu menghasilkan pertumbuhan yang signifikan dalam waktu singkat.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi TikTok adalah membangun kepercayaan pelanggan. Tokopedia dan Shopee telah lama ada dan memiliki reputasi yang kuat dalam memenuhi kebutuhan pelanggan mereka. TikTok perlu membuktikan bahwa mereka dapat memberikan pengalaman belanja online yang sama, jika tidak lebih baik, daripada pesaing mereka.

Selain itu, persaingan ketat di dunia e-commerce Indonesia juga mencakup perusahaan-perusahaan lain seperti Lazada dan Bukalapak. TikTok perlu bersaing dengan mereka juga, yang memperumit persaingan dalam industri ini.

Potensi Keberhasilan TikTok

Salah satu kekuatan besar TikTok adalah basis pengguna yang besar. Dengan lebih dari 1 miliar pengguna di seluruh dunia, TikTok memiliki potensi besar untuk mengonversi sebagian dari pengguna ini menjadi pembeli aktif di TikTok Marketplace. Mereka dapat menggunakan algoritma mereka yang kuat untuk mengidentifikasi preferensi dan minat pengguna, sehingga dapat menawarkan produk dan layanan yang relevan.

Selain itu, investasi besar-besaran yang diumumkan oleh CEO TikTok menunjukkan bahwa perusahaan ini serius dalam membangun operasi e-commerce mereka di Indonesia dan Asia Tenggara. Ini termasuk pengembangan infrastruktur logistik, pembinaan penjual, dan pemberian insentif kepada pembeli. Dengan dukungan finansial yang kuat, TikTok dapat mempercepat pertumbuhan mereka di pasar ini.

Back to top button